MATAPRIANGAN
Oleh: Amir Machmud NS
SEPAGI INIKAH DATANG GELISAH
sepagi inikah kau datang, gelisahku
membawa semangkuk soal
yang berjawab hanya pada siang petang
yang termakna hanya pada kelam malam
sepagi inikah kau tiba, resahku
membawa setimbun nada
yang sumbang irama pada tepi fajar
tanpa janji di sengatan terik siang
sedini itukah kau menyapa, sunyiku
membawa seonggok sesal
yang kau pintal menjadi bongkah nyeri
seperti pisau yang terhunus perih
sesunyi itukah kau merajuk, sepiku
membawa kecewa dan pedih rasa
yang kau simpan di ujung belati
kau bunuh dengan tatapan rindu.
(2020)
Baca juga: Film The Watcher, Kisah Seorang Pria yang Mengawasi Dibalik Teropong
Baca juga: Menghabiskan Waktu di Ranca Upas Ciwidey dengan Panorama Alam yang Indah
MALAM PUN MENJAUH
malam pun menjauh saat mimpi tergesa datang
segelas api dan sepinggan salju
merinai-rinai membasuh sunyi
yang tak pernah mau bersua
pada serpihan sayat luka
pada mata yang terjaga menimbang suara-suara
pada makna yang melintas secepat itu pergi
mimpi pun berlalu saat malam menjauh
membenam diri di selimut dinihari
menyentuh pedih perih
terlalu panjang sisa malam menyiksa
meronta dalam hening jiwa
resah yang menari memutar pagi
malam lamban bergerak pelan
membungkam lelap dengan resah
memilin senyap membanting hati
dan kupilih menanti
remang nasib remang takdir
yang tak mau kumengerti
entah membentang apa di depan
tergesa membuka karpet muram...
(2020)
-- Dua puisi di atas dinukil dari Antologi Tembang Kegelisahan (2021), sebagai salah satu kumpulan puisi Amir Machmud NS selain Percakapan dengan Candi (2020), Kematian, Setiap Kali (2021), dan Dari Peradaban Gunadarma (2021). Puisi-puisi penyair yang juga wartawan suarabaru.id itu termuat di sejumlah media dan antologi bersama.
Dilansir dari: Matajateng.com
Baca juga: Film The Watcher, Kisah Seorang Pria yang Mengawasi Dibalik Teropong
Baca juga: Film Di Antara Sunyi, Kisah Cinta yang Meninggalkan Kenangan Manis
Baca juga: Shortcut Keyboard, Tombol Cepat untuk Membuka Program Aplikasi di Laptop dan Komputer
Baca juga: Jenuh dengan Kehidupan, Kenapa Bisa Ya?